CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Rabu, 06 Agustus 2008

TRANSEKSUAL dan TRANSGENDER

TRANSEKSUAL dan TRANSGENDER

Transeksual adalah orang yang identitas gendernya berlawanan dengan jenis kelaminnya secara biologis. Mereka merasa “terperangkap” di tubuh yang salah. Misalnya, seseorang yang terlahir dengan anatomi seks pria,tetapi merasa bahwa dirinya adalah wanita dan ingin diidentifikasi sebagai wanita. Transeksual-lah yang dapat menimbulkan perilaku homo atau lesbian, namun transeksual tidak dapat disamakan dengan homo. Bisa saja seorang pria transeksual tertarik pada pria lain karena merasa bahwa dia seorang wanita dan wanita mestinya tertarik pada pria (www.e-psikologi.blogspot.com,2006).

Transgender adalah orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan peran gender pada umumnya. Transgender adalah orang yang dalam berbagai level “melanggar” norma kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan wanita itu. Seorang wanita, misalnya, secara kultural dituntut untuk lemah lembut. Kalau pria yang berkarakter demikian, itu namanya transgender. Orang-orang yang lahir dengan alat kelamin luar yang merupakan kombinasi pria-wanita juga termasuk transgender. Transgender ada pula yang mengenakan pakaian lawan jenisnya, baik sesekali maupun rutin. Perilaku transgenderlah, yang mungkin membuat beberapa orang mengganti jenis kelaminnya, seperti pria berganti jenis kelamin menjadi wanita, begitu pula sebaliknya. (www.e-psikologi.blogspot.com,2006).


B. Teori-teori psikologi social yang ada hubungannya dan dapat mempengaruhi perilaku transeksual dan transgender
- Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses belajar warga masyarakat suatu kelompok kebudayaan tentang nilai-nilai social yang berlaku dalam masyarakat itu. Sosialisasi adalah proses yang berjalan sepanjang hidup social manusia itu sendiri (Hollander,1982)
Socialization is the term used for the process by which individuals learn and perform behaviour, expected of them by society. In order to survive and work together, people have to agree on certain common values, and conduct themselves accordingly (www.thefamily.or,1992). ( Sosialisasi adalah istilah digunakan untuk menunjukkan proses di mana individu belajar dan melaksanakan perilaku, dalam lingkup masyarakat. Untuk dapat bertahan dan bekerja sama, orang-orang telah bersedia untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai umum tertentu, dan sebagai pengatur diri mereka daqlam berperilaku ).
1. Teori belajar social
Teori belajar social mengemukakan bahwa melalui belajar pengamatan (observational learning), individu dapat memiliki pola perilaku baru. Dalam kasus-kasus psikologi,istilah belajar pengamatan memiliki padanan makna dengan istilah-istilah seperti imitasi atau permodelan (modeling). Istilah-istilah itu mengacu pada kecenderungan individu untuk memunculkan perilaku,sikap dan respon emosional berdasar pada peniruan terhadap model yang disimbolkan (Zanden,1984).
Perilaku transeksual dan transgender,dapat disebabkan karena adanya pengamatan seseorang terhadap lingkungannya. Misalnya,apabila seseorang berada dalam lingkungan yang kesehariannya dipenuhi masyarakat yang berperilaku transeksual atau transgender, maka secara langsung maupun tidak langsung, ia juga dapat menanamkan perilaku tersebut pada dirinya.

2. Teori perkembangan social
Ahli psikologi Jean Piaget (1896-1980) mengemukakan tahap-tahap kognitif dalam perkembangan pemikiran anak. Tahap-tahap perkembangan kognitif ini akan selalu dilalui oleh semua manusia yang normal, yang berkembang menuju kematangan kemampuan berpikir. Perkembangan bermula dari tahap yang paling kongkret dan sederhana menuju tahap yang paling abstrak dan kompleks. Jean Piaget membagi perkembangan kecerdasan anak menjadi 4 tahap (Sprinthal dan Sprinthal,1990). Keempat tahap itu adalah tahap motor sesorik (awal kelahiran-18 bulan); tahap berpikir pra-operasional (18 bulan-7 tahun); tahap operasi kongkrit (7 tahun-11 tahun); tahap operasi formal (11 tahun-keatas) (Hanurrawan, 2004)
Sedangkan Kohlberg (Stephan dan Stephan,1990),menyatakan bahwa tahap perkeembangan moral seorang anak bersifat paralel dengan keempat tahap perkembangan kognitifnya. Kohlberg mengemukakan bahwa terdapat 3 tingkat moral. Pada setiap tingkat terdapat 2 tahap perkembangan. Yaitu, tingkat satu (moralitas pra-konvensional); tingkat kedua (moralitas konvensional); dan tingkat ketiga (moralitas pasca-konvensional).
Dalam kasus transeksual dan transgender, teori perkembangan kognitif juga berpengaruh dalam pembentukan perilaku tersebut. Misalnya, apabila pada waktu kecil seorang anak tidak mendapatkan pendidikan moral yang baik, maka anak akan kurang dapat memahami nilai-nilai moral yang berlaku. Anak menjadi kurang pandai dalam memilah memahami baik buruknya suatu perbuatan atau kejadian,sehiangga anak akan mengaggap bahwa perilaku transeksual dan transgender adalah perbuatan yang lazim.

3. Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud, memandang proses sosialisasi berdasar pada tahap-tahap psikoseksual dan dinamika kepribadian. Sigmund Freud meyakini bahwa sosialisasi individu akan melewati periode-periode psikoseksual, yaitu mulai masa anak sampai masa dewasa. Secara khusus, Sigmund Freud memiliki pandangan bahwa pengalaman pada masa anak awal memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan kedewasaan individu di masa mendatang. Freud membagi menjadi 5 tahap perkembangan yaitu ; masa oral, anal, falik, laten dan genital (Hanurrawan,2004).
Berkembangnya perilaku transeksual dan transgender dapat disebabkan karena kurangnya peran orangtua dalam memberikan pengertian kepada anak, ketika anak dalam tahap falik, yaitu usia 3 tahun sampai 5 tahun. Pada tahap ini, sumber kenikmatan seorang anak adalah pada organ-organ seksualnya. Menurut Freud, seorang anak yang tidak dapat melewati tahap ini secara baik akan mengalami gangguan dalam pembentukan identitas gendernya. Jadi,apabila pada tahap ini si anak tidak dapat memahami identitas gendernya dengan baik, si anak dapat merasa bingung dengan fungsi gendernya.
Selain itu, kurangnya pengertian orang tua pada periode perkembangan akhir, yaitu tahap genital ( usia 11 tahun ke atas ), juga dapat berpengaruh terhadap tumbuhnya perilaku transeksual dan transgender. Pada tahap ini, sumber kenikmatan individu adalah pada hal-hal yang berhubungan dengan relasi sosial dengan lawan jenis. Apabila individu tidak mendapat pengertian tentang siapa lawan jenisnya dengan baik, maka anak akan menjadi bingung, apakah seharusnya perempuan memiliki reaksi kenikmatan terhadap laki-laki, demikian juga sebaliknya.



0 komentar: